Kumpulan Tempat Bersejarah Kemerdekaan Indonesia

Indonesia merdeka sejak 17 Agustus 1945, yang berarti Indonesia telah merdeka selama 73 tahun terhitung sejak tahun 2018. Perjalanan Indonesia menuju kemerdekaan sangat seru untuk diikuti. Ada banyak situs sejarah yang menceritakan kisah perjuangan bangsa Indonesia. Ini adalah tempat bersejarah yang bisa Anda kunjungi.

9 Tempat Sejarah Kemerdekaan Indonesia

1. Rumah Rengasdengklok
Lokasi : Jalan Perintis Kemerdekaan No. 33, Rengasdengklok, Karawang, Jawa Barat

Rumah tersebut menjadi saksi Pertempuran Proklamasi saat dijadikan tempat persembunyian Sukarno Hatta oleh para pemuda yang menuntut segera proklamasi kemerdekaan Indonesia. Rumah itu dianggap aman karena Rengas Dengok saat itu berada di bawah tentara Pita dan jauh dari kekuasaan Jepang. Rumah itu milik Djiaw Kie Siong, seorang warga desa yang sehari-hari bekerja sebagai petani. Buaian asli tempat Bong Hand tidur masih ada. Sementara itu, buaian Soekarno kemudian dipindahkan ke Bandung.

2. Monumen Kebulatan Tekad
Lokasi : Jalan Raya Tugu Proklamasi, Rengasdengklok, Karawang, Jawa Barat

Monumen ini didirikan pada tahun 1950 untuk mengenang peristiwa Rengas Denklok. Peristiwa Rengas Dengokok terjadi ketika kelompok besar dan kecil sepakat untuk memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945. Tempat ini awalnya adalah markas PETA. Di belakang monumen terdapat relief yang menceritakan sebuah kisah.

3. Museum Perumusan Naskah Proklamasi
Lokasi : Jalan Imam Bonjol No. 1, Menteng, Jakarta Pusat

Soekarno dan Hatta, menirukan Zubarjo-nya Ringus Dink, langsung mendatangi rumah itu untuk menyiapkan teks deklarasi. Rumah itu dianggap aman karena Maeda berteman dengan Subardjo. Sebagai tentara, rumah itu aman dari pengaruh dan kendali tentara Jepang.

4. Tugu Proklamasi
Lokasi : Jalan Proklamasi, Menteng, Cikini, Jakarta Pusat

Daerah ini adalah bekas rumah Presiden Sukarno. Kemudian penyiar membacakan teks iklan juga.

5. Radio Republik Indonesia
Lokasi : Jalan Medan Merdeka Barat 4-5, Gambir, Jakarta Pusat

RRI berperan penting dalam penyebaran pesan iklan. Pada pukul 19.00 WIB, teks pengumuman Kantor Berita Domi yang kini dikenal Kantor Berita Antara ditujukan kepada Yusuf Ronodepuru, Bakhtiar Lopes, dan Suprapto. Saya penyiar radio Hoso Kanri Kyoku dan sekarang dia adalah RRI RRI memainkan peran awal dalam menyebarkan berita proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia saat itu.

6. Monumen Nasional
Lokasi : Di tengah Lapangan Merdeka, Jakarta Pusat

Monumen Nasional adalah monumen yang didirikan untuk memperingati perjuangan kemerdekaan Indonesia dari penjajahan Belanda. Tugu setinggi 132 meter ini didirikan pada 17 Agustus 1961 dan dibuka untuk umum pada 12 Juli 1975. Museum ini menampilkan 51 replika yang menggambarkan sejarah Indonesia dari prasejarah hingga rezim baru. Teks asli Deklarasi Kemerdekaan Indonesia disimpan di etalase di Independence Hall.

Baca Juga : Peninggalan Sejarah Belanda Dan  Koleksinya Di Kota Tua Jakarta

7. Gedung Joang 45
Lokasi : Jalan Menteng Raya 31, Kebon Sirih, Menteng, Jakarta Pusat

Pada zaman Belanda, gedung ini berfungsi sebagai hotel mikrokosmos. perang melawan Indonesia Ada juga mobil dinas Presiden dan Wakil Presiden pertama Republik Indonesia.

8. Museum Kebangkitan Nasional
Lokasi : Jalan Abdurrahman Saleh No. 26, Jakarta Pusat

Situs tersebut merupakan gedung sekolah STOVIA (Tot Opleiding Van Inlandsche Arsten) atau sekolah kedokteran untuk pelajar pribumi yang dibuka pada Maret 1902. Gedung ini juga menjadi tempat kelahiran organisasi pergerakan nasional Boedi Oetomo. , Trikoro Thammo (Jong Java) dan Jong Minahasa dan Jong Ambon, namun sejak tahun 1974 gedung ini digunakan sebagai Museum Kebangkitan Nasional. Museum ini menampung lebih dari 2.000 bangunan, furnitur, jam dinding, dudukan jam, perlengkapan kamar mandi, pakaian, senjata, foto, lukisan, patung, replika, peta, dan reproduksi.

9. Monumen Pancasila Sakti
Lokasi : Lubang Buaya, Cipayung, Jakarta Timur

Monumen ini didirikan untuk mengenang perjuangan pahlawan revolusi yang berjuang mempertahankan ideologi negara Republik Indonesia, Pancasila, dari ancaman komunisme.

Sejarah Sulawesi Selatan 1669 Dari Perang Makassar Hingga Kesepakatan Bongaya

Sejarah Sulawesi Selatan 1669 Dari Perang Makassar Hingga Kesepakatan BongayaHari lahir Sulawesi Selatan ditetapkan pada 19 Oktober 1669. Tanggal yang diperingati sebagai hari lahir ini merupakan hasil rumusan berdasarkan berbagai peristiwa sejarah di Sulawesi Selatan, seperti Perang Makassar dan Perang Bongo.

Berbeda dengan provinsi lain di Pulau Sulawesi yang jumlahnya masih belasan, Sulsel tahun ini merayakan hari jadinya yang ke-353. Karena umur panjang tidak berdasarkan hukum pembentukan provinsi Sulawesi Selatan.

Pakar sejarah Makassar Dr Abd Rahman Hamid bahwa sejarah Sulawesi Selatan sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu dan tanggal tersebut dikaitkan dengan Perang Makassar dan Perjanjian Bongai. Peristiwa yang sama terjadi pada tahun 1669.

Inisiatif ini dilakukan untuk meningkatkan kecintaan dan kebanggaan masyarakat terhadap identitas dalam hal persatuan dan kesatuan untuk pembangunan nasional di Sulawesi Selatan selanjutnya.

Gagasan ini kemudian diperkuat dengan studi banding di berbagai daerah. Tudang Sipulung kemudian diselenggarakan sebagai seminar pada tanggal 18 dan 19 Juli 1995 di Balai Percontohan Kantor Gubernur.

Tudang Sipula mempertemukan perwakilan kaum intelektual, tokoh masyarakat, sesepuh, pimpinan daerah Tingkat I dan II, serta berbagai tokoh daerah, pimpinan organisasi politik dan pemuda dari Sulawesi Selatan.

Seminar tersebut terdiri dari 19 keynote speech dan keynote speech oleh Gubernur Daerah Tingkat Satu Sulawesi Selatan. Juga, beberapa dokumen donasi dan surat-surat lain dari berbagai elemen terungkap.

Akibatnya, lokakarya tersebut menerima beberapa permintaan dari berbagai kelompok, yang dipertimbangkan dalam diskusi oleh para ilmuwan yang berbeda. Forum ini juga memutuskan rekomendasi berupa 5 draft usulan Gubernur Tingkat I Sulsel berdasarkan puncak peristiwa sejarah di Sulsel yang layak dan patut diperhatikan.

Usai menerima lima draf proposal, gubernur daerah dan jajarannya melakukan pembahasan mendalam. Berdasarkan pasokan dan momentum peristiwa puncak di Sulawesi Selatan dianggap bernilai sama. Maka diputuskan perlu menggabungkan atau menggabungkan rumus-rumus yang ada menjadi satu rumusan dengan makna simbolis, mirip dengan tanggal 19 Oktober 1669.

Kesepakatan ini kemudian disetujui oleh Gubernur Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan dan dituangkan dalam rancangan Peraturan Daerah Sulawesi Selatan. Kemudian mengajukan permohonan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Sulawesi Selatan melalui mekanisme Peraturan DPRD Sulawesi Selatan dan Peraturan Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan Nomor 10 Tahun 1995.

Dalam proses tersebut DPRD Tingkat I Sulawesi Selatan menyetujui dan secara resmi menetapkan tanggal 19 Oktober 1669 sebagai tanggal lahir Sulawesi Selatan. Selanjutnya, Peraturan Daerah Sulawesi Selatan No. 10 Tahun 1995.

“Hari lahir Sulawesi Selatan jatuh pada tanggal sembilan belas Oktober seribu enam ratus enam puluh sembilan. Setiap tahun pada tanggal 19 Oktober rakyat dan pemerintah Sulawesi Selatan tingkat daerah I,” bunyi kutipan Pasal 2 dan 3 Perda Tingkat I No 10 Tahun 1995.

“Menentukan pemilu sebagai hari jadi adalah pilihan subyektif dan politis. Definisi hari jadi didasarkan pada keputusan pemerintah daerah saat itu,” ujar Abd Rahman Hameed.

Sejarah Sulawesi Selatan 1669 Dari Perang Makassar Hingga Kesepakatan Bongaya

Sejarah Sulawesi Selatan Sebelum 19 Oktober 1669

Tanggal yang dikenal sebagai hari jadi Sulawesi Selatan ini memiliki arti dan simbol bagi berbagai peristiwa sejarah di Sulawesi Selatan. Momen bersejarah di Sulawesi Selatan disebut-sebut muncul dari berbagai peristiwa yang berperan dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Dikutip dari Arsip Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan berjudul “Sejarah Singkat Jubileum Sulawesi Selatan”, tanggal 19 merupakan tanggal simbolis pengakuan bahwa Sulawesi Selatan merupakan bagian tak terpisahkan dari negara kesatuan Republik Indonesia. Hal itu ditandai dengan rapat Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada tanggal 19 Agustus 1945.